Senin, 25 Juni 2012

ARTIKEL : Rendahnya Minat Baca Di Kalangan Mahasiswa


RENDAHNYA MINAT BACA DI KALANGAN MAHASISWA

            Membaca merupakan sebuah keharusan bagi seluruh manusia guna memperoleh ilmu pengetahuan. Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena dengan membaca dapat memperkaya dan memperluas wawasan kehidupan. Sehingga pembaca semakin mampu untuk mendewasakan diri. Proses pendewasaan diri melalui membaca merupakan pengejawantahan dari konsephumaniora. Dengan demikian, sesungguhnya kegiatan membaca membawa misihumaniora (Koendjono, 1987: 86). Hal ini juga ditekankan oleh Tarigan (1986) bahwa membaca merupakansalah satu keterampilan bahasa yang harus dikuasai. Apabila seseorang mampumenangkap ide secara tepat di dalam bacaan maka ia dikatakan telah memahamiisi bacaan. Membaca merupakan kewajiban bagi seluruh lapisan masyarakat, dan membaca merupakan sebuah pintu gerbang menuju keilmuan. Maka tidak heran jika sesorang ingin belajar sebuah ilmu dia harus bisa memahami isi dan maksud keilmuan tersebut melalui sumber-sumber buku, dan sebelum mempelajari sebuah pemahaman dalam buku-buku tersebut sesorang harus melalui proses yang sangat penting, yaitu membaca. Dan jika seseorang ingin terus menerus menambah keilmuannya dia haru senantiasa selalu membaca, membaca dan membaca. Terutama hal tersebut di tujukan kepada kaum-kaum pelajar.
        Tapi dewasa ini minat akan membaca tersebut seolang-olah telah hilang dari kaum-kaum pelajar. Entah apa yang mangakibatkan minat membaca berkurang, apakah membaca itu membosankan atau mebuang-buang waktu ? jelas saja tidak, sebab membaca merupakan sebuah keharusan dan kegiatan  yang tidak bisa di tolelir, dan banyak dari orang-orang yang memiliki hobi akan membaca, terutama ketika di tanyai oleh guru apa hobi kita pada waktu SD dulu, dan kita menjawabnya dengan lugu yaitu “memebaca”. Tapi hal tersebut sekarang hanya bagaikan cerita lama, lihat saja contohnya anak-anak SD sekarang lebih menyukai bermain game online ketimbang memiliki hobi membaca. Contoh lainnya dapat di lihat dari mahasiswa sekarang ini. Minta membaca mahasiswa sekarang telah terasa minim, perkembangan teknoligi yang semakin maju dengan adanya internet lebih menyebabkan mahaiswa lebih memilih mencari informasi di internet ketimabnag di perpustakaan. Hal itu dapat di lihat dari kurangnya kunjungan mahasiswa ke perpustakaan. Tetapi perpustakaan akan terlihat ramai ketika masa perkuliahan memasuki masa-masa ujian dimana mahasiswa sibuk mencari buku-buku sumber refensi, kunjungan ke perpustakaan seakan seperti musim di Negara-negara barat, 4 kali setahun, itu dilakukan ketika hendak ujian UTS atau pun ujian UAS.
        Membaca bagi mahasiswa pada saat ini bukan lagi sebuah kebutuhan, jangankan untuk membaca buku tentang teori atau pelajaran, membaca Koran dan majalahpun mereka terkesan ogah, malahan mahasiswa lebih tertarik kepada membaca komik atau novel ketimbang bacaan-bacaan yang verisis tentang pembelajaran. Membaca komik atau novel memang tidak ada salahnya, namun membaca buku yang berisiskan ilmu pengetahuan lebih bermanfaat bagi mahasiswa. Mahasiswa membutuhkan buku yang berisi ilmu pengetahuan agar intelektualitas mereka lebih terasah. Dari membaca buku mahasiswa dapat menambah berabagai kosa kata serta menambah motivasi dan inspirasi mereka dalam menulis. Rendahnya minat baca di kalangan mahasiswa di sebabkan oleh berbagai faktor. Faktor utamanya adalah faktor lingkungan keluarga, jika orang tuanya telah menanamkan budaya membaca pada anak-anak mereka, niscaya budaya memebaca akan masih tetapi ada pada saat ini. Faktor kedua yaitu adanya kemajuan teknologi, teruutama internet yang memberika kemanjaan kepada mahasiswa dalam mencari ilmu. Mencari tugas ataupun sumber-sumber referensi lebih mudah di lakukan di internet ketimbang mencarinya ke perpustakaan.
        Minat baca mahasiswa terbentuk dari diri pribadi mahasiswa itu sendiri, hal-hal yang terpenting dalam menumbuhkan minat membaca yaitu adalah kesadaran akan membaca merupakan suatu kebutuhan primer yang mutlak di perlukan agar mereka semakin berwawasan luas.


Sumber :

Selasa, 22 Mei 2012

ARTIKEL : MEDIA MASSA DAN SISTEM PEMERINTAHAN


MEDIA MASSA DAN SISTEM PEMERINTAHA

            Sistem adalah seperangkat atau kesatuan objek dalam mana objek satu dengan yg lainnya saling berkaitan, bahkan saling bergantung (Littlejohn 1989 : 35 ). Sistem sosial di indonesia terdiri dari beberapa subsistem ideology, politik, ekonomi, budaya, komunikasi, pertahanan keamanan. Subsistem yang satu daengan yang linnya saling mempengaruhi, namun subsistem ideology dan politik merupakan pemerintahan menjadi dasar subsistem lainnya. Subsistem ideology dan politik pemerintahan menjadi dasar subsistem lainnya, termasuk subssistem media massa. Dengan demikian, system media massa mencerminkan falsafah dan system politik Negara dimana dia berfungsi.
            Media massa pada suatu Negara mencerminkan system sosial yang didalamya diatur hubungan-hubungan antar individu dengan lembaga-lembaga yang ada. Hubungan antra media massa dengan masyarakat adalah resiprok ( seling memengaruhi ). Negara membuat sebuah system media massa, lalu system ini akan memodifikasi mesyarakat Negara tersebut. Karena setiap Negara itu berbeda, maka setiap system media massa di Negara itupun berbeda pula, sehingga pola interaksi antara Negara dengan media massanya terus menerus berubah.
            Pola hubungan media massa dan pemerintahan di suatu Negara erat kaitannya dengan system dan struktur politik yang berlaku di Negara dimana kedua lembaga tersebut berada. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa suatu system media massa akan mencerminkan falsafah politik Negara yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat dari dimensi sejarahperkembangan media massa dunia yang oleh Siebert dan kawan-kawan dalam buku “ Four Of The Press “ (1963) dibagi menjadi empat macam teori. Keempat macam teori atau konsep media massa tersebut dapat menggambarkan keadaan masyarakat dan dasar pemikiran yang hidup pada masa itu.

TEORI PERS
1.      Teori otoriter ( authoritarian theory )
Menurut teori ini, media massa mempunyai tujuan utama mendukung kebijaksanaan pemerintah yang sedang berkuasa, dan untuk mengabdi kepada Negara. Tidak semua orang dapat menggunakan media komunikasi kecuali mereka yang mendapatkan izin dari kerajaan atau pemerintah. Dengan demikian media massa dikontrol oleh pemerintah, karena hanya dapat terbit dengan izin dan bimbingan serta arahan pemerintah, bahkan kadang-kadang dengan sensor pemerinta.
Hal yang tidak boleh dilakukan media massa adalah melakukan kritik terhadap mekanisme pemerintahan dan kritik terhadap pejabat yang sedang berkuasa. Pemilik media massa bisa di pihak swasta yang mendapat izin khusus dari raja atau pemerintah atau milik Negara ( Siebert, Peterson dan Schramm dalam severin dan Tankard, 1992: 266-287)

2.      Teori liberal ( Libertarian Theory )
Teori liberal merukan kebaliakn dari teori otoriter karena berasal dari falsafah umum rasionalisme dan hak alam, serta karya Milton, Locke dan Mill. Asumsi dari teori liberal adalah bahwa manusia pada hakikatnya dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan oleh rasio atau akalnya. Manusia mempunyai hak secara alamiah untuk mengejar kebenaran dan mengembangkan potensi apabila diberikan iklim kebebasan menyatakan pendapat.
Dalam hubungannya dengan kebebasan pers teori liberal beranggapan bahwa pers harus mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya untuk membantu manusia dalam usahanya mencari kebenaran. Manusia memperlukan kebebasan untuk memperoleh informasi dan pikiran-pikiran yang hanya dapat secara efektif diterima ketika itu apabila disampaikan melalui pers ( Rachmadi, 1990: 34-35 ).



3.      Teori tanggung jawab sosial ( Social responsibility theory )
Dasar pemikiran teori ini adalah kebebasan pers harus disertai dengn tanggung jawab kepada masyarakat. Media massa harus melakukan tugasnya sesuai dengan standar hukum tertentu. Teori ini sering dianggap sebagai suatu bentuk revisi terhadap teori-teori sebelumnya yang menganggap bahwa tanggung jawab pers terhadap masyarakat sangat kurang.
Dalam teori tanggung jawab sosial, prinsip kebebasan pers masih dipertahankan, tapi harus disertai kewajiban untuk bertanggung jawab kepada masyarakat dalam melaksanakan tugas pokoknya. Hal yang paling esensial dalam teori ini adalah media massa harus memenuhi kewajiban sosial. Jika tidak, masyarakat akan membuat media tersebut mematuhinya ( Siebert, Peterson dan Schramm dalam Severin dan Tankard, 1992: 286-288).

4.      Teori soviet totali
Tujuan utama teori ini adalah membantu suksesnya dan belangsungnya sistwm sosialis di Soviet, khususnya keberlangsungan dictator partai. Dalam hal ini, media massa merupakan alat pemerintah dan merupakan bagian integral dari Negara. Ini berarti media massa harus tunduk pada pemerintah dan dikontrol dengn pengawasan ketat oleh pemerintah atau partai. Media massa dilarang melakukan kritik terhadap tujuan dan kebijakan partai. Karena media massa sepenuhnya menjadi milik pemerintah, maka yang berhak menggunakannya anggota partai yang setia dan ortodoks  ( Siebert, Peterson dan Schramm dalam Severin dan Tankard, 1992: 286-290).
SISTEM PERS DI INDONESIA
            Sistem pers di Indonesia memiliki ke khasan kerena ideology dan falsafah Negara Indonesia yakni pancasila dan budaya msyarat Indonesia yang khas pula. Selanjutnya system pers  Indonesia sebagai pers pancasila,sebagaimana yang selalu dikatakan oleh Menteri Penerangan RI pada saat itu beserta jajarannya, yang jiga disepakati oleh onsan pers Indonesia.
            Media massa Indonesia sebagai suatu system, terkait dengan aspek-aspek lainnya yang tertuang dalm keputusan dewan pers no. 79/XIV/1974 yang intinya mengemukakan bahwa kebebasan pers Indonesia berlandaskan pada hal-hal :
1.      Idiil: Pancasila
2.      Konstitusional: undang-undang dasar 1945 dan ketetapan MPR
3.      Strategis: garis-garis besar haluan Negara
4.      Yurudis: undang-undang pokok pers no. 21 tahun 1982 (masa mendatang ditambah degan undang-undang penyiaran yang sedang dalam proses “pembuata”).
5.      Kemasyarakatan: tata nilai sosial yang berlaku pada masyarakat Indonesia
6.      Etis: norma-norma kode etik professional
Pers Indonesia mempunyai kewajiban :
1.      Mempertahankan, membela mendukung dan melaksanakan pancasila dan uud 1945 secara murni dan konsekuen.
2.      Memperjuangkan pelaksanaan amanat penderitaan rakyat yang berlandaskan demokrasi pancasila.
3.      Memperjuangkan kebenaran dan keadilan atas dasar kebersamaan pers.
4.      Memebina persatuan dan menentang imperialism, kolonialisme, neokolonialisme, feodalisme, komunisme, dan fasisme/dictator.
5.      Menjadi penyalur pendapat umum yang konstruktif dan progresif-revolusioner (UU pokok pers no. 11 tahun 1982 pasal 2).

Kebebasan pers Indonesia di jamin oleh pasal 28 UUD 45 yang intinya mengemukakan bahwa setiap warga Negara Indonesia bebas mengeluarkan pendapat, baik lisan maupun tulisan. Dengan demikian setiap warga Negara memunyai hak penerbitan pers asal sesuai dengan hakikat demokrasi pancasila ( UU pokok pers no. 11 tahun 1982 )kebebasan pers Indonesia adalah kebebasan yang bertanggung jawab yang berdasarkan pada nilai-nilai pancasila.
Disamping sebagai sarana informasi, member pendidikan dan hiburan, pers Indonesia juga mempunyai hak control, kritik dan koreksi yang bersifat korektif dan konstruktif ( UU pokok pers no. 11 tahun 1982 pasal 3).
Pers setelah reformasi mengacau kepada undang-undang RI nomor 40 tahun 1999 tentang pers.

Daftar pustaka

Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala dan Siti Karlinah. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

ADA APA DENGAN MEDIA MASSA ???


Entah apa yang terjadi dengan system komunikasi massa di Indonesia pada saat ini. Media massa di Indonesia pada saat ini seakan meninggalkan segala hal yang mengenai media massa, terutama dari segi fungsi media massa itu sendiri. Contohnya pada saat ini proses penyampaiaan informasi di media massa pada saat ini out of control, artinya batasan-batasan dalam penyampaiaan informasi di Indonesia telah keluar dari etika-etika yang telah ada. Contoh nya saja dari pers sendiri, pers di Indonesia cenderung liberal dan tidak memiliki tanggung jawab sosial. Apa yang di samapaikan oleh pers cernderung berlebihan, apakah informasi itu memiliki fungsi atau apa akibat informasi yang disampaikan ke pada masyarakat, apakah itu berdampak baik atau buruk untuk masyarakat dan elemen-elemen Negara yang lain. Contohnya saja berita yang membahas tentang kinerja pemerintah Indonesia, terkadang berita yang disampaikan tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman terhadap pemerintah.
Contoh lainnya, media massa saat ini bukan lagi sebagai fungsi informasi, edukasi dan lain-lain tetapi media massa pada saat ini diperngaruhi oleh hal-hal yang berbau politik, karena hamper semua media massa da back up oleh parpol atau orang-orang politik. Artinya media massa di peruntukkan untuk kepentingan politik semata. Contohnya saja media massa yang menjatuhan oknum-oknum politik lainnya, sehingga media massa menjadi alat perang politik. media massa berpotensi untuk menyebarkan ideologi dominan. Melalui kekuatannya yang amat besar untuk mempengaruhi opini masyarakat, akan amat terselubung ketika ada muatan-muatan tertentu yang berusaha disisipkan dalam pemberitaan sebuah media kepada masyarakat. Seperti apa yang mulai terjadi di Indonesia pasca reformasi ini. Beberapa media besar dikuasai oleh kepemilikan tertentu yang memeiliki kedekatan dengan pihak pemerintah atau politik oposisi. Surya Paloh, dengan Metro TV dan Harian Media Indonesia, dan Abu Rizal Bakrie, dengan TV One dan ANTVnya, adalah dua seteru yang amat memanfaatkan media pewartaan sebagai sarana pembentukan opini di dalam masyarakat. Di dalam berita-berita yang diterbitkan oleh Metro TV dan TV One terutama, ada tendensi bagaimana keterpihakan dua media itu pada pemiliknya masing-masing.

Senin, 16 April 2012

ARTIKEL : URANG AWAK DI PERANTAUAAN INDONESIA


URANG AWAK di perantauan indonesia

            Indonesia merupakan Negara kepulauaan yang memiliki beribu-ribu pulau, di Indonesia selain memiliki banyak pulau, Indonesia juga Negara yang memiliki berpuluh-puluh kebudayaan. Mulai dari sabang sampai merauke, ada suku batak, minang, sunda, jawa, dan lain-lain. Di dalam setiap budaya-budaya masyarakat Indonesia yang ada, selalu terdapat tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dasar tertentu terhadap mana sebagian besar anggota masyarakat menganggap serta menerimanya sebagai suatu hal yang mutlak benar. Sistem nilai tersebut tidak saja merupakan sumber yang menyebabkan berkembangnya integrasi sosial, tetapi sekaligus juga merupakan unsur yang menstabilisasi sistem sosial budaya itu sendiri. Bicara apa itu sistem sosial, sistem sosial pengertian secara luas merupakan suatu keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai, tata sosial dan tata laku manusia yang saling berkaitan dan masing-masing unsur bekerja secara mandiri serta bersama-sama satu sama lain saling mendukung untuk mencapai tujuan hidup manusia dan dalam bermasyarakat. 

            Menusia melengkapi dirinya dengan kebudayaan, yaitu perangkat pegendali berupa rencana, aturan, resep, dan instruksi yang digunakan untuk mengatur terwujudnya tingkah laku dan tindakan tertentu (Geertz, 1973). Dalam pengertian ini, budaya berfungsi sebagai alat yang paling efektif dan efisien dalam menghadapi lingkungan.

            Kalau berbicara mengenai budaya di Indonesia, salah satu budaya yang paling terkenal adalah budaya minangkabau yang terkenal dengan seni tradisionalnya dan masakan padangnya yang terkenal di Indonesia dan bahkan sampai manca negara. Kalau berbicara tentang sejarah minangkabau, orang minangkabau sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai professional dan intelektual. Hampir seluruh masyarakat minangkabau berada dalam perantauaan. Minang perantauaan umunya bermukim di kota-kota besar seperti Jakarta, bandung, medan, pekanbaru, batam, Palembang, dan Surabaya. Di luar Indonesia, orang minang banyak terdapat di Malaysia dan singapura. maka tidak heran kalau orang minangkabau terkenal dengan budaya merantaunya, suatu budaya yang hanya dimiliki oleh suku bangsa tertentu saja di Indonesia. Tradisi merantau orang Minang terbangun dari budaya yang dinamis, egaliter, mandiri dan berjiwa merdeka. Ditambah kemampuan bersilat lidah (berkomunikasi) sebagai salah satu ciri khas mereka yang membuatnya mudah beradaptasi dengan suku bangsa mana saja. Budaya yang unik ini sering dikaitkan dengan pantun yang berbunyi:

            Karatau madang di hulu ( keratau madang di hulu )
            Babuah babungo balun ( berbuah berbunga belum )
            Marantau bujang dahulu ( merantau bujang dahulu )
            Di kampuang baguna balun ( di kampong berguna belum )

           Pantun di atas adalah sebuah dasar hukum bagi anak-anak muda minang kabau untuk menguatkan niat, melangkahkan kakinya dan berhenti untuk ragu-ragu meninggalkan keluarganya di kampung halaman untuk meraih kesuksesan di perantauaan. Dalam konsep budaya alam minangkabau dikenal dengan wilayah inti (darek) dan rantau (daerah luar). Rantau secara tradisional adalah wilayah ekspensasi, daerah perluasan atau daerah taklukan. Namun perkembangannya belakangan, konsep rantau dilihat sebagai suatu yang menjanjikan harapan untuk masa depan dan kehidupan yang lebih baik di kaitkan dengan konteks sosial ekonomi dan bukan dalam konteks politik. Berdasarkan konsep tersebut, merantau adalah untuk pengembangan diri dan mencapai kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik. Dengan demikian, tujuan merantau sering di kaitkan dengan 3 hal, mencari harta (berdagang/ menjadi saudagar), mencari ilmu (belajar), atau mencari pangkat (pekerjaan/ jababatan) (Navis, 1999).

            Pada umumnya para perantau minang kabau merantau bukan karena paksaan, tapi merupakan kemauaan dari diri sendiri atau bersifat sukarela, sesuai dengan keinginan hati untuk apa pergi merantau. Dalam alam pikir orang minangkabau kampung halaman atau tanah kelahiran ibaratnya tempat untuk menumbuhkan bibit tanaman, dan jika bibit itu telah tumbuh mereka harus keluar dan mecari lahan yang lebih besar agar dapat menjadi pohon yang besar, itu artinya kampung halaman sebagai tempat untuk pembelajaran awal bagi anak-anak muda minang kabau, dan jika mereka sudah besar, mereka di haruskan untuk menimba pengalaman dan ilmu di tempat yang baru seperti di negeri orang lain, agar suatu saat bisa menjadi orag yang besar dan berilmu. Proses inilah yang terlihat pada tokok-tokoh minang yang berkiprah didunia seperti Muhammad Hatta, Sutan Sjahrir, Tan Malaka, Muhammad Yamin, Hamka, Muhammad Natsir,dan Haji Agus Salim yang masa kecilnya tinggal dan belajar di kampung halaman dan setelah itu pergi merantau untuk “menjadi orang”.

            Dima bumi di pijak (dimana bumi di pijak)
            Di sinan langik di junjuang (disanalah langit dijunjung )

         Arti pantun di atas orang minang itu pandai dalam beradaptasi dengan keadaan disekitarnya, kemanapun mereka pergi merantau, dan dimana pun mereka berada. Karena adaptasinya yang kuat, orang minang banyak yang menjadi pemimpin didaerah yang rantaunya masing-masing dan diterima oleh masyarakat. Misalnya, Datuk Djamin yang menjadi Gubernur Jawa Barat yang kedua (1946), Gubernur Maluku yang kedua dan ketiga, yakni Muhammad Djosan (1955-1960), dan Muhammad Padang (1960-1965); Gubernur Sulawesi Tengah yang pertama, Datuk Madjo Basa Nan Kuniang (1964-1968); Residen/Gubernur Sumatera Selatan yang pertama dr. Adnan Kapau Gani; atau Djamin Dt. Bagindo yang menjadi gubernur pertama Provinsi Jambi (1956-1957). 

            Dari hasil studi yang pernah dilakukan Mochtar Naim, pada tahun 1961 terdapat sekitar 32% orang minang mendoninasi di luar sumatera barat. Kemudian pada tahun 1971 jumlah itu meningkat menjadi 44%. Berdasarkan sensus tahun 2010, etnis minang yang tinggal di sumatera barat berjumlah 4,2 juta jiwa, dengan perkiraan hampir separuh orang minang berada di perantauaan. Namun tidak terdapat angka pasti mengenai jumlah orang minang di perantauaan. Angka-angka yang ditampilkan dalam perhitungan, biasanya hanya memasukkan perantauaan dari sumatera barat. Namun belum mencakup keturunan-keturunan minang yang telah beberapa generasi menetap di perantauaan. Para perantau minang, hampir keseluruhannya berada di kota-kota besar di Indonesia dan Malaysia, di pekanbaru perantau minang berjumlah 37,7% dari seluruh penduduk kota, dan menjadi etnis terbesar di kota itu. Dikota-kota lainnya, dimana jumlah orang minang mencapai 10% atau lebih dari keseluruhan penduduk kota tersebut ialah Takengon (25,9%), Sigli (25,4%), Tanjung Pinang (20%), Binjai (16,6%), Sibolga (16,6%), Sabang (15,9%), Gunungsitoli (14,5%), Tanjung Balai (13,9%), Medan (13,5%), Padang Sidempuan (13,3%). Hampir di semua provinsi di pulau sumatera dapat ditemukan orang minang dalam jumlah yang banyak. Mereka juga dapat hidup membaur dengan masyarakat di kota-kota bahkan di pelosok di semua pulau besar di Indonesia seperti jawa, Kalimantan, sulawesi, papua, bali, nusa tenggara dan sebagainya. Dalam jumlah yang cukup banyak pula orang minang merantau sangat jauh hingga ke luar negri, menyebar ke lima benua. 

            Selaras dengan tujuan merantau yaitu mencari harta, ilmu atau pangkat dalam rangka mengembangkan diri dan mencari kehidupan yang lebih baik, maka orang minang diperantauaan berbagai profesi dan lapangan kehidupan. Kebanyakan memang menjadi pedagang, saudagar atau pengusaha. Namun banyak pula yang menjadi ilmuan, mubaligh, serta orang berpangkat sebagai pejabat pemerintah atau kaum professional (dokter, dosen, eksekutif BUMN atau perusahaan swasta, wartawan, sastrawan dan lain-lain ). 

            Meskipun orang minang selalu membaur dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya di rantau, tapi satu hal yang unik dari para perantau minang, yakni kepedulian dan kecintaan kepada kampung halaman. Kecintaan orang minang terhadap kampung halaman setidaknya ditunjukkan dalam dua hal. Pertama, kepedulian tinggi terhadap negri asal dan adat budayanya. Kedua, dimana tempat mereka berada, mereka membangun ikatan-ikatan kekeluargaan dalam bentuk kesatuan senagari asal, sekabupaten, atau yang lebih luas dalam ikatan kekeluargaan minang atau sumatera barat. 

            Diperantauaan orang minang tetap mempertahankan jati diri sebagai orang minang yang menganut “Adat basandi syarak, Syarak basandi kitabullah”. Orang minang tetap setia memelihara budaya, adat istidat, tradisi dan kesenian daerah asal mereka. Meskipun tinggal jauh di rantau, orang minang sangat peduli dengan perkembangan dan selalu mengikuti setiap informasi dari kampung. Setinggi-tinggi terbang bagau, kembalinya ke kubangan jua. Sejauh-jauh merantau, kampung halaman terbayang jua. Sehebat-hebatnya orang minang di rantau, setinggi apapun jabatan dan pangkatnya, tetapi orang minang tetap saja membutuhkan pengakuan dan eksistensi di kampung halamannya. Orang minang yang umunya punya status sosial tinggi, kaya dan berpangkat sering terlibat dalam hal-hal per-politikan di kampung halamannya. Misalnya, orang minang perantauaan sering merasa perlu untuk ikut menentukan siapa yang akan menjadi pemerintah di kampuang halamannya, seperti pemilihan gubernur sumatera barat atau pemerintah-pemerintah yang akan memimpin kampung halamannya.  

            Tidak hanya berdagang dan mencari pangkat saja orang minang banyak yang merantau, tetapi banyak juga para pemuda-pemudi minang yang pergi merantau untuk menuntut ilmu. Contohnya dalam ruang lingkup Universitas Padjadjaran saja, perantau minang di Unpad hampir mencapai 1000 orang mahasiswa, dan itu belum termasuk mahasiswa dari keturunan minang itu sendiri. Sakik kuatnya akan kecintaan terhadap budayanya sendiri, para pemuda minang unpad sendiri mebuat sebuah UKM (unit kegiatan mahasiswa) unpad yang dinamai UPBM (Unit Pencinta Budaya Minangkabau), dan merupakan salah satu unit pecinta budaya setelah LISES (Lingkung Seni Sunda). Tidak hanya menjaga budaya dan kekeluargaan antara sesama orang minang, UPBM juga melestarikan budaya minang itu sendiri, seperti pelestarian bahasa minang, seni tari, seni musik, seni silek (silat), dan lain-lain. Hal itu membuktikan bahwa orang minang tidak hanya menjaga adat dan budayanya di kampung halamannya saja, tapi ketika di perantauaan mereka merasa mereka juga harus tetap menjaga adat dan budaya mereka tersebut agar tetap utuh. Walaupun badan di perantauaan tetapi jiwa minang mereka masih tetap hidup di diri mereka.
           
Sumber :
            Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bandung: Ghalia Indonesia.



Alhamdulillah,,,ini merupakan artikel pertama saya dalam memenuhi tugas mata kuliah saya. Semoga bermanfaat bagi para pembaca. :)

dan jika ada kekeliruan dalam pembuatan artikel saya ini bisa menghubungi saya

e-mail : all_pink_fob@yahoo.com

TERIMA KASIH UNTUK SELURUH PEMBACA !!!!! 

WARNING : TOLONG JANGAN DI COPAS !!!!!

             

           

Kamis, 22 Maret 2012

BLINK 182


Blink-182 adalah band pop punk asal Amerika Serikat yang beranggotakan trio Mark HoppusTom DeLonge, dan Travis Barker. Mereka telah menjual lebih dari 27 juta copy album di seluruh dunia sejak terbentuk di PowayCalifornia pada tahun 1992. Bersama dengan drummer pertama mereka, Scott Raynor, Blink-182 merilis album perdana mereka, Cheshire Cat, pada tahun 1994 dan mendapatkan sukses menengah dengan album berikutnya, Dude Ranch, pada tahun 1997. Dude Ranch hingga saat ini tercatat telah terjual lebih dari satu juta keping. Scott Raynor kemudian digantikan oleh Travis Barker pada pertengahan tour tahun 1998.
Blink-182 mendapatkan sukses yang lebih besar pada tahun 1999 dengan penjualan album multi-platinum Enema of the State, yang mencapai posisi 9 di chart Billboard 200 berkat singel "What's My Age Again" dan "All the Small Things". Blink-182 segera mendapatkan popularitas atas rasa humor mereka yang kurang sopan. Album mereka berikutnya, Take Off Your Pants and Jacket, pada tahun 2001 berhasil mencapai posisi 1 di Amerika SerikatKanada, dan Jerman. Album kelima mereka, Blink-182 dirilis pada tahun 2003 dan merupakan titik perubahan gaya Blink-182, dengan mencampur unsureksperimental dan suara pop punk khas mereka yang menghasilkan suara yang terdengar lebih dewasa.
Tom DeLonge meninggalkan Blink-182 pada awal 2005, membuat status Blink-182 berada dalam masa vakum. Setelah itu, DeLonge membentuk bandAngels & Airwaves sementara Hoppus dan Barker membentuk band +44. Pasca vakumnya +44, Hoppus dan Barker kemudian mulai melakukan solo-karir.
Blink-182 bersatu kembali pada Februari 2009. Album keenam mereka, Neighborhoods, dirilis pada 27 September 2011.

Formasi (1992–1993)

etelah pindah ke San Diego pada musim panas 1992, Mark Hoppus sering menceritakan keinginannya untuk membentuk sebuah band kepada adiknya, Anne Hoppus. Anne bersekolah di Rancho Bernardo High School dimana dia berteman dengan sorang siswa baru bernama Tom DeLonge. DeLonge juga sering bercerita kepada Anne tentang keinginannya membentuk band. Untuk itu, pada Agustus 1992, Anne saling memperkenalkan Tom DeLonge dengan Mark Hoppus. Mereka berdua mulai sering bermain berjam-jam di garasi DeLonge, saling menunjukkan lagu karya mereka masing-masing dan menulis lagu baru bersama-sama – satu diantaranya kemudian menjadi lagu "Carousel". Tidak lama kemudian, mereka memutuskan untuk secara resmi memulai band mereka sendiri. DeLonge kemudian merekrut seorang teman, Scott Raynor, yang sudah ia kenal terlebih dahulu di sebuah pesta dan sempat bermain musik bersamanya. Mereka bertiga mulai bermain musik bersama dan menamai diri mereka Duck Tape, hingga DeLonge mendapatkan nama "Blink".
Blink mulai berlatih secara konstan, yang menyebabkan kekasih Hoppus marah. Dia menyuruh Hoppus untuk memilih antara band atau dirinya, dan Hoppus memilih meninggalkan Blink saat mereka baru saja memulai. DeLonge kemudian memberitahu Hoppus bahwa dia telah meminjam alat recaman 4-jalur dari seorang teman dan dia menggunakannya untuk membuat demo bersama Raynor. Mengetahui hal ini, Hoppus memutuskan untuk meninggalkan kekasihnya dan kembali ke band. Kaset demo mereka, yang bernama Flyswatter, direkam pada Mei 1993 di kamar Raynor. Penggunaan perekam 4-jalur menyebabkan suara yang dihasilkan memiliki kualitas yang rendah. Berdasarkan pernyataan Hoppus, demo mereka hanya dibuat dalam jumlah kecil, diutamakan untuk keluarga dan teman mereka. Pada tahun yang sama, mereka merekam demo yang lain. Demo kali ini tidak dinamai dan hingga sekarang dikenal sebagai Demo #2. Demo ini berisi beberapa lagu dari Flyswatteryang direkam ulang dan beberapa lagu baru. Sebagian lagu dari demo ini nantinya akan direkam ulang untuk album BuddhaCheshire Cat, dan Dude Ranch.
Buddha, album demo ketiga dan terakhir mereka, direkam pada tahun 1993 selama tiga malam dengan menggunakan sistem perekam 24-jalur di Double Time Studios, San DiegoCalifornia. Album tersebut dirilis dalam format kaset pada 1993 dengan jumlah 1000 copy yang diproduksi oleh Filter Records, sebuah perusahaan rekaman indie yang dikepalai oleh boss Hoppus. Album ini juga menjadi segelintir album Blink-182 yang dirilis dengan nama band Blink.
Pada masa awal karir mereka, mereka tinggal di mobil van, membawa alat musik mereka sendiri disetiap penampilan. Target pertama mereka adalah untuk tampil sebagai bintang utama di SOMA, sebuah klub San Diego untuk semua umur yang saat itu mampu menampung 1500 orang. DeLonge secara konstan menghubungi klub-klub di San Diego meminta sebuah tempat untuk tampil, juga meminta SMA-SMA lokal dengan meyakinkan mereka bahwa Blink adalah “band motivasional dengan pesan anti-narkoba yang kuat”.

Album-album awal (1994–1998)

Blink mulai dikenal atas penampilan yang penuh kelucuan dan atas hal itu mereka segera mendapat kontrak dengan sebuah label kecil, Cargo Music. Melalui label ini, mereka merilis album studio pertama mereka, Cheshire Cat, pada Februari 1994. Melalui album pertama mereka, Blink mulai mendaptkan popularitas di luar California sepanjang tahun 1995 dan 1996. Lagu "M+M's" dan "Wasting Time" dari album Cheshire Cat dirilis sebagai singel walaupun keduanya gagal memasuki chart. Walaupun album tersebut tidak berhasil menghasilkan dampak komersial, Cheshire Cat dinilai oleh Blink-182 dan fans mereka sebagai sebuah “iconic release”.
Tidak lama setelah rilis album perdana mereka, Blink tersandung masalah penggunaan nama dengan band Irlandia bernama sama. Untuk menghindari perselisihan hukum, mereka manambahkan "182" pada akhir nama mereka. Pada tahun 1994, mereka merilis split-EP dengan band Iconoclasts yang berjudul Short Bus. Mereka juga merilis sebuah mini-album berisi 3 lagu berjudul They Came to Conquer... Uranus pada tahun berikutnya. Mereka lalu pindah ke Encinitas, California pada 1996, dimana mereka merekam album kedua mereka, Dude Ranch, dengan produser Mark Trombino. Album tersebut dirilis pada 1997 dan secara relatif menuai sukses komersial. Blink-182 merilis album tersebut tetap di bawah label Cargo Records. Namun di luar dugaan, album tersebut mampu memasuki chart modern-rock di AS. Karena itu, mereka kemudian menandatangani kontrak dengan MCA pada 1998 untuk mengatasi masalah distribusi yang meningkat. Singel "Dammit" menjadi salah satu hits Blink-182 dan membuat mereka mulai menerima sukses mayor.
Berkat sukses dari Dude Ranch, Blink-182 memulai tour dunia selama 1997 dan 1998. Di tengah tour AS pada 1998, drummer Scott Raynor diminta untuk meninggalkan band. Beragam alasan beredar di internet selama bertahun-tahun. Salah satu alasan yang paling terkenal adalah bahwa Raynor memilik masalah serius dengan alkohol dan diminta untuk keluar. Ketika dia setuju untuk menghentikan kebiasaan minumnya, Mark Hoppus dan Tom DeLonge meragukan kesungguhannya dan dia dikeluarkan dari band melalui sambungan telepon. Pada sebuah wawancara tahun 2004, Hoppus menggambarkan tour Dude Ranch sebagai sesuatu yang “kasar”, dengan DeLonge menambahkan, “Itu adalah tour terburuk kami. Pada saat itu, drummer kami memiliki masalah alkohol. Dalam satu pertunjukan dia menjatuhkan stiknya 10 kali. Sangat menganggu melihat seseorang menghancurkan dirinya sendiri.” Namun, menurut Raynor pada sebuah wawancara dengan AbsolutePunk tahun 2004, dia menyatakan bahwa kepergian dirinya adalah keinginannya untuk tetap berada di band kecil non-mainstream, dimana hal itu bertentangan dengan meningkatnya popularitas Blink-182.
Hoppus dan DeLonge kemudian meminta drummer Travis Barker dari band The Aquabats untuk mengisi posisi Raynor selama sisa tour. Dia kemudian menjadi drummer tetap Blink-182 dan meninggalkan The Aquabats. Barker dikabarkan mampu menghafal seluruh setlist tour Blink-182 (yang terdiri lebih dari 20 lagu) dalam waktu kurang dari sehari. Mereka kembali ke studio pada Oktober 1998 untuk memulai penggarapan album terobosan mereka, Enema of the State.

Kesuksesan lanjut (1999–2004)

Setelah menyelesaikan proses produksi Enema of the State dengan produser baru Jerry Finn, album tersebut dirilis pada Juni 1999 dan menuai sukses besar, terutama karena lagu-lagu "What's My Age Again", "All the Small Things", dan "Adam's Song". Singel-singel tersebut berhasil mendapat penyiaran besar-besaran, membawa mereka kepada penggemar baru. Popularitas mereka juga membawa mereka ke dunia baru, seperti tampil sebagai figuran dalam film komedi American Pie pada tahun 1999 sekaligus menyumbangkan 2 lagu untuk film tersebut. Masih di tahun 1999, pada bulan November, mereka merilis sebuah album video berjudul The Urethra Chronicles yang berisi informasi belakang-panggung mereka. Lagu "Adam's Song" sempat menimbulkan kegemparan pada tahun 2000. Lagu ini diputar terus-menerus oleh seorang siswa 17 tahun korban selamat dari tragedi Columbine, Greg Barnes, ketika ia menggantung dirinya di garasi rumah orang tuanya. Meski begitu, Enema of the State tercatat telah terjual lebih dari 15 juta copy, memantapkan Blink-182 sebagai salah satu artis pop punk pada era akhir milenium kedua.
"The Enema Strikes Back!", dirilis pada bulan November 2000, adalah album live yang direkam pada November 1999 di San Francisco dan Universal CityCalifornia. Walaupun album tersebut dinamai sesuai tour besar mereka pada musim panas tahun 2000 (The Mark, Tom, and Travis Show Tour), album tersebut sebenarnya direkam pada The Loserkids Tour pada tahun 1999. Dua singel dirilis dari album tersebut, yaitu "Man Overboard" (satu-satunya track studio di album itu) dan versi live dari "Dumpweed".
Mereka melanjutkan kesuksesan mereka dengan album Take Off Your Pants and Jacket pada 2001, dengan sedikit perubahan arah dibandingkan album Enema of the State. Album tersebut terjual lebih dari 350.000 copy pada minggu pertama. Album tersebut berisi singel "The Rock Show", "First Date" dan "Stay Together for the Kids". Album tersebut berhasil terjual lebih dari 14,5 juta copy di seluruh dunia dengan mendapat double-platinum di Amerika Serikat. Album tersebut dirilis dalam tiga warna CD berbeda: kuning, merah, dan hijau, dimana masing-masing CD berisi dua lagu bonus yang berbeda-beda. Pada tahun 2001, Anne Hoppus, saudara Mark Hoppus, merilis sebuah buku yang berjudul Blink-182: Tales From Beneath Your Mom yang berisi kisah perjalanan mereka.Blink-182 mengikuti Pop Disaster Tour bersama dengan Green Day selama musim panas 2002, yang didokumentasikan kedalam DVD Riding in Vans with Boys.
Selama masa libur Blink-182, DeLonge dan Barker membentuk proyek sampingan bernama Box Car Racer dengan David Kennedy dari Hazen Street. Band tersebut dibentuk untuk percobaan material yang “lebih gelap dan tidak Blink-friendly”. Mereka merilis album perdana mereka, Box Car Racer pada Mei 2002. Album tersebut adalah bentuk penghormatan kepada pemberi pengaruh post-hardcore DeLonge, seperti Fugazi dan Refused.[17] Sementara itu, Barker juga diajak oleh band rap rock Transplants untuk berkontribusi pada album perdana mereka yang dirilis pada Oktober 2002. Setelah menyelesaikan proyek sampingan mendekati Natal tahun 2002, Blink-182 kembali berkumpul dan memulai produksi album mereka berikutnya.
Mereka menyewa sebuah rumah di San Diego untuk proses produksi album tersebut. Proses rekaman tersebut ternyata membutuhkan waktu lebih lama dari dugaan awal mereka, menyebabkan mereka diusir dari rumah tersebut sebelum menyelesaikan album tersebut. Berlawanan dengan album-album mereka sebelumnya yang hanya memerlukan waktu rekaman kurang dari 3 bulan, album kelima mereka membutuhkan waktu hampir sepanjang tahun 2003. Album tersebut masih dalam proses penggarapan pada akhir tahun dimana mixing terakhir masih diawasi oleh mereka bertiga pada awal Oktober 2003. DeLonge menggambarkan hari terakhir mixing sebgai “crazy stressful”.
Album kelima Blink-182 dirilis pada 18 November 2003 melalui Geffen Records. Album tersebut cukup menuai sukses komersial (dibantu oleh singel "Feeling This" dan "I Miss You") dan menerima penilaian baik dari para pengamat musik yang menyukai arah dan suara musikalitas baru mereka. Album tersebut mewakili Blink-182 yang lebih "dewasa" dibandingkan album-album sebelumnya,dimana mereka mencampur unsur eksperimentalis dengan unsur pop punk mereka. Semua perubahan musikalitas Blink-182 tersebut antara lain dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup dan proyek-sampingan.
Tidak lama sebelum rilis album Blink-182, mereka memulai "DollaBill Tour", dinamai atas tiketnya yang seharga $1. Mereka tampil di sepuluh klub di Amerika Serikat dan Kanada. Barker mengalami cedera kaki kanan setelah penampilan di Melbourne, Australia pada Maret 2004, memaksa mereka membatalkan beberapa penampilan Australia dan Jepang. Blink-182 melakukan tour dengan No Doubt pada musim panas tahun 2004. Dua singel lain dari album Blink-182, "Down" dan "Always", dirilis pada 2004. Namun, ketegangan mulai muncul di internal band setelah mereka menyelesaikan tour Eropa pada Desember 2004.

Masa vakum (2005–2008)

Sebuah tour Amerika Utara telah direncanakan untuk musim panas 2005 dalam ajang promosi album Blink-182 dan singel "Always". Namun, ketegangan mulai muncul di antara para personel band ketika DeLonge ,mengungkapkan keinginannya untuk membatalkan tour tersebut dan memasuki masa istirahat selama satu-setengah tahun. Pada pertemuan band yang bertepatan dengan permulaan tour Eropa mereka saat itu, DeLonge mengungkapkan keinginannya untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarganya. Dia juga menolak untuk membuat album baru. Hoppus mengatakan, “Pembicaraan tersebut sangat panas dan berlangsung selama dua atau tiga jam. Pembicaraan kami hanya berputar-putar, dan hasilnya adalah pembatalan tour, tanpa mengetahui kapan kami akan melakukan sesuatu dengan Blink-182 kembali.” Selama masa enam bulan istirahat, Hoppus mengungkapkan keinginannya agar Blink-182 dapat tampil di Konser Music for Relief untuk Asia Tenggara, sebuah pertunjukan penggalangan dana untuk membantu korban Gempa bumi Samudra Hindia tahun 2004. DeLonge menyetujui hal tersebut dan mereka mulai berlatih untuk acara tersebut. Namun ketegangan kembali muncul di antara mereka setiap kali berkumpul. Mereka pun mulai memperdebatkan tentang pembubaran band, album kompilasi Greatest Hits, ataupun kemungkinan rekaman album berikutnya.
DeLonge menyatakan bahwa dia hanya akan merekam kontribusinya pada album Blink-182 berikutnya di rumahnya di San Diego, dan bahwa Hoppus dan Barker bisa mengirim berkas ProToolskepadanya untuk dikerjakan. Mengenai saat-saat terakhir mereka bersama sebagai band, Hoppus menyatakan, “Seseorang berusaha mendikte segalanya. Kami memberitahu Tom satu hal, keadaan menjadi panas. [...] Kami berkata, 'Kau mencoba untuk mengendalikan segalanya. Dan hal itu salah.' Dia lalu berkata dia tidak bisa menjadi bagian dari sesuatu yang tidak dapat ia kendalikan, dan dia meninggalkan tempat pertemuan.” Pengacara DeLonge, DeVoe, menghubungi Hoppus dan Barker keesokan harinya memberitahu bahwa DeLonge telah keluar dari band, dengan menyatakan, “Terhitung sejak hari ini, Tom DeLonge tidak lagi menjadi anggota dari Blink-182.” DeLonge diketahui segera mengubah nomor teleponnya untuk menghindari diskusi tentang hal tersebut dengan Hoppus maupun Barker. Mengikuti beredarnya spekulasi mengenai fakta bahwa mereka telah bubar, Blink-182 mengumumkan bahwa mereka memasuki masa “indefinite hiatus”.
Hoppus dan Barker mengumumkan pada April 2005 bahwa mereka telah membentuk band baru, +44. Selama masa vakum, Hoppus mengalihkan perhatiannya untuk memproduseri album Motion City Soundtrack dan mengurus podcast miliknya, HiMyNameisMark, sementara drummer Travis Barker meluncurkan merk sepatu buatannya dan bekerja di tiga proyek musik — The Transplants, TRV$DJAM, dan +44. Sementara itu, DeLonge tidak pernah terlihat oleh publik, tidak membuat penampilan apapun, dan tidak melakukan wawancara apapun. Kabarnya tetap misterius hingga 16 September 2005 ketika ia mengumumkanproyek barunya, Angels & Airwaves, dengan menjanjikan "revolusi rock & roll terhebat untuk generasi kali ini." DeLonge kemudian menyatakan bahwa dia sempat mengalami ketagihan terhadap analgesik, sambil berkata “Aku kehilangan akal sehatku, aku bergantung pada ratusan penghilang rasa sakit, dan aku bahkan hampir membunuh diriku sendiri.”
Geffen Records kemudian merilis album kompilasi Greatest Hits of Blink-182 pada 1 November 2005. Seiring waktu, +44 juga merilis album perdana mereka, When Your Heart Stops Beating, pada tahun 2006. Album tersebut utamanya berdasarkan pada perasaan yang ada pasca perpecahan Blink-182, dengan salah satu lagu, "No, It Isn't", mengarah langsung pada DeLonge. Sementara itu,Angels & Airwaves merilis dua album selama masa vakum Blink-182: We Don't Need to Whisper (2006) dan I-Empire (2007).
Pada 21 Agustus 2008, Jerry Finn meninggal karena pendarahan otak. Kejadian ini menjadi katalis awal bagi DeLonge untuk mulai berkomunikasi kembali dengan Hoppus dan Barker. Pada 19 September 2008, Travis Barker menjadi korban selamat dari sebuah kecelakaan pesawatAdam Goldstein (atau juga dikenal sebagai DJ AM) dan Barker menjadi satu-satunya orang yang selamat. Barker mengalami luka bakar yang parah pada torso dan tubuh bagian bawahnya. Ketika berada di rumah sakit, Mark Hoppus dan Tom DeLonge datang menjenguk, membuat mereka dapat menyatukan perbedaan mereka dan berdamai. Mengenai kecelakaan yang dialami Barker, pada tahun 2010 Tom DeLonge menyatakan, “Jika kecelakaan tersebut tidak pernah terjadi, kami bukanlah sebuah band. Jelas dan sederhana. Itulah takdir.”

Reformasi dan Neighborhoods (2009–sekarang)

Pada malam Grammy Awards ke-51 tanggal 8 Februari 2009, DeLonge, Hoppus, dan Barker muncul di panggung bersama untuk pertama kalinya sejak Desember 2004. Di atas panggung tersebut, Barker mengumumkan reformasi band, menyatakan “Dulu kami pernah bermain musik bersama, dan kami memutuskan untuk bermain musik bersama lagi”, dengan Hoppus menambahkan, “Blink-182 kembali!” Mereka juga meletakkan sebuah pengumuman di situs web mereka. Pengumuman tersebut tertulis, “Untuk membuatnya sederhana, kami kembali. Maksud kami, benar-benar kembali. Memulai dari yang kami tinggalkan. Di studio menulis dan merekam album baru. Bersiap untuk mengelilingi dunia lagi. Persahabatan telah diperbaiki.” Blink-182 juga membuat sebuah konser reuni di Amerika Utara dari Juli hingga Oktober 2009, didukung oleh Weezer dan Fall Out Boy.
Peneyelesaian album keenam Blink-182 sempat mengalami penundaan beberapa kali. Pada November 2010, Hoppus berkata bahwa dia mengharapkan tanggal rilis sekitar bulan April atau Mei 2011. Pada Februari 2011, Barker berspekulasi bahwa album tersbut akan dirilis pada bulan Juni atau Juli.Bulan berikutnya, DeLonge menyatakan bahwa album tersebut akan keluar pada saatnya mereka akan melakuakan tour Eropa pada bulan Juli sambil berkata, “Kami tidak akan melakukan tour tanpa album baru.” Namun, pada bulan April, mereka mengumumkan penundaan jadwal tour disebabkan keterlambatan penyelesaian album, sambil menyatakan "Kami harap kami dapat memiliki beberapa lagu baru untuk dimainkan daripada hanya melakukan tour greatest hits. Geffen Records kemudian terpaksa memberi mereka batas akhir penyelesaian album, yaitu tanggal 31 Juli 2011.Pada akhirnya, album keenam mereka, berjudul Neighborhoods, dirilis pada 27 September 2011. Singel pertama dari album tersebut, "Up All Night", mulai diputar pada 15 Juli 2011. The Blinkumentary, sebuah film dokumenter juga dijadwalkan untuk dirilis pada musim gugur 2011.

PERSONIL
Personil aktif
Mantan personel

ALBUM

Cheshire Cat (1994)










Dude Ranch (1997)






























Blink-182 (2003)



















OFFICIAL VIDEO 

UP ALL NIGHT 

AFTER MIDNIGHT

HEART'S ALL GONE

PICTURE

TOM DELONGE

MARK HOPPUS

TRAVIS BARKER

CONCERT

sumber : 
www.wikipedia.org
www.youtube.com